Minggu, 05 Desember 2010

perkembangan anak

HASIL OBSERVASI

 

Anak adalah sosok individu yang menjalani proses perkembangan yang pesat bagi kehidupan selanjutnya, perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, dan anak bukanlah orang dewasa, anak adalah sosok individu yang bertubuh kecil. Anak memiliki dunianya sendiri yang khas, yang berbeda dengan dunia orang dewasa  sebuah tempat mereka menumbuh kembangkan kualitas kepribadian dan kecerdasan emosional serta ketrampilan hidup yang sangat penting kelak ketika mereka dewasa. Masa kanak-kanak sering juga disebut masa-masa keemasan atau masa pembentukan kecerdasan emosi  anak masa inilah yang harus dimanfaatkan orang tua dengan optimal, dimana mereka akan belajar nilai-nilai, belajar dari orang-orang terdekat disekitar mereka dan masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan fisik motorik, intelektual, sosial, bahasa, dan emoional. Satu bagian dari tahap perkembangan anak adalah perkembangan kecerdasan emosi, anak dapat melipatgandakan kecerdasan emosinya melalui latihan-latihan, salah satu bentuk latihan  untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak adalah melalui interaksi antara orang tua dengan anak dalam bentuk pengasuhan.

Belajar dari pengalaman di keluarga.ternyata yang menunjang prestasi anak di sekolah adalah keluarga dan teman sesama pelajar. Tugas penting pemerintah sekarang adalah bagaimana menggugah keluarga bisa memonitoring perkembangan belajar anak-anaknya. Menggantungkan pendidikan hanya semata-mata tanggungjawab sekolah temyata itu tidaklah bijaksana dan sebuah kekeliruan.Sudahkan anda selaku orang-tua ikut terlibat dalam proses belajar putera-puteri anda agar prestasinya cemerlang,

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.

Lingkungan pendidikan dan berbagai pusat pelatihan serta tempat kerja kita kini juga dipengaruhi oleh lingkungan global yang merupakan berbagai pengaruh eksternal dalam dinamika berbagai aspek kehidupan di dunia, Lingkungan global yang mengadung pengertian tereksposnya kita oleh kehidupan komunitas global menuntut adaptasi masyarakat kita pada kondisi global dan pada gilirannya menuntut adaptasi individu untuk bisa bertahan di masyarakat di mana ia hidup.

Oleh karena itu pendidikan dari rumah sangat di perlukan dan orang tua tidak hanya melepas anaknya di sekolah saja namun ketika di rumah orang tua harus menanyakan kembali, apa – apa yang sudah di ajarkan di sekolah, hal ini terbukti sangat bagus, di MI MAFDA jenggawah mayoritas siswa – siswinya adalah murid yang rajin dan benar – benar terdidik oleh keluarga.

Hasilnya anak akan selalu belajar dan terus belajar, ketika di sekolah anak mendapat pelajaran atau pendidikan dari guru, namun ketika sesampainya di rumah anak dapat pelajaran atau  pendidikan dari orang tua, selain itu ketika waktunya bermain sepulang sekolah anak mendapat pendidikan dari teman – teman, dimana ada rutinitas belajar kelompok, setelah kami pahami ternyata belajar kelompok juga merupakan faktor pendukung prestasi siswa, dan ini akan membuahkan hasil akhir yang sangat memuaskan.

Interface antar berbagai stimulus lingkungan melalui interaksi untuk mewujudkan aktualitasasi diri individu secara optimal dalam masyarakat di mana ia hidup dan juga aktualisasi daerah pada masyarakat yang lebih luas, nasional maupun global, inilah yang harus menjadi perhatian pengelola ataupun atasan atas perlakuan subjek SDM, dalam hal kita, para guru dalam perlakuannya terhadap peserta didik. Interaksi yang terjadi dalam prilaku anak-anak kita. Namun secara reciprocal (timbal balik) perlakuan yang diterjadikan adalah cermin kehidupan masyarakat di mana ia hidup.

Sebelum ujian tiba siswa – siswa benar – benar di siapkan untuk lebih matang lagi dengan mengikuti pelajaran tambahan, dan ketika waktu belajar kelompok sesama teman juga semakin di tingkatkan, sehingga kekhawatiran orang tua ketika anaknya hendak mengikuti ujian terasa berkurang, karena dari pihak sekolah sudah berupaya untuk mewujudkan keinginannya yaitu siswa lulus 100% dan mendapat ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarga juga bagi lingkungan sekitar.

Anak  sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang terus melakukan interaksi sosial baik antara teman maupun terhadap lingkungan lain. Melalui proses adaptasi, amak  mendapatkan pengakuan sebagai anggota kelompok baru yang ada dalam lingkungan sekitarnya.

Dalam pergaulan anak, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap anak akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial anak banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial itu menfasilitasi atau memberikan peluang terhadap remeja secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan sosial secara matang.

Oleh karena itu orang tua juga harus memantau anaknya dengan siapa mereka bergaul, jadi ketika sudah mendapatkan penidikan di sekolah dan juga pendidikan di rumah tidak lupa orang tua untuk ikut mengawasi anak ketika belajr bersama temanya, setidaknya orangtua mengetahui dengan siapa anak berteman, dan di harapkan anak benar – benar mendapat dukungan untuk belajar ketika belajar bersama teman – temanya.

Yang kami lihat siswa – siswa mi mafda ini bisa memberikan kontribusi pada pihak sekolah atau yayasan karena selain muridnya rajin – rajin dan sopan – sopan juga memiliki kreatifitas yang sangat membanggakan pihak sekolah. Oleh karena itu kami yakin bahwa siswa – siswi di mi mafda mampu mewujudkan cita – citanya setinggi mungkin.

 

Kami mendapat referensi dari internet tentang fungsi teman diantaranya yaitu :

v  Mengontrol impuls-impuls agresif.

v  Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka.

v  Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang.

v  Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin.

v  Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.

v  Menigkatkan harga diri (self-esteem).

v  Meningkatkan prestasi belajar siswa

v  Memperkaya pengetahuan

Terkadang guru dan orang tua sangat cemas dan khawatir ketika anak akan menghadapi ujian, oleh karena dibawah ada serangkaian usaha yang di lakukan guru untuk mengatasi semua kekhawatiran, diantaranya:

Mengingat dampak negatifnya terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan melalui:

1. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dapat menyenangkan apabila bertolak dari potensi, minat dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya berpusat pada siswa, yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat mengambil peran aktif dalam proses pembelajarannya.

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya. Kendati demikian, lelucon atau “joke” yang dilontarkan tetap harus berdasar pada etika dan tidak memojokkan siswa.

3. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam mengembangkan dinamika kelompok tampaknya sangat diperlukan.

4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.

5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang tertantang, tetapi tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan siswa frustrasi.

6. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru menghindari penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika terjadi tindakan indisipliner pada siswanya.

7. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya. Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan situasi yang tidak mencekam, namun dengan tetap menjaga ketertiban dan objektivitas. Berikanlah umpan balik yang positif selama dan sesudah melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.

8. Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.

9. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat tulis, tempat duduk, ruangan kelas dan sebagainya.

Di samping itu, ciptakanlah sekolah sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas dari berbagai gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi serta hindari bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar sekolah.

10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional di sekolah tampaknya menjadi mutlak adanya.

Melalui upaya – upaya di atas diharapkan para siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk kecemasan dan mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat secara fisik maupun psikis, sehingga ketika di hadapkan dengan ujian siswa bisa menghadapinya dengan tenang tanpa tekanan bathin dan yang pada gilirannya dapat menunjukkan prestasi belajar yang unggul.

 

 

KESIMPULAN

Penulis dapat menarik dua kesimpulan sebagai berikut :

1.  Orang tua merupakan faktor utama dalam pengembangan kecerdasan emosi anak, karena tidak dapat dipungkiri keluarga mereka kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunianya.

2.  Upaya dan peran orang tua dalam pengembangan kecerdasan emosi anak adalah : mengembangkan  empati dan kepedulian anak, mengajarkan kejujuran dan integritas anak, menanamkan sikap kerja sama, melatih keberanian, mendidik anak dengan menggunakan kasih sayang, memanfaatkan rasa malu dan rasa bersalah.

 

SARAN

a.  Orang tua harus lebih memperhatikan tiap-tiap perkembangan anak, termasuk perkembangan kecerdasan emosi anak.

b.  Orang tua yang  bekerja harus bisa meluangkan waktu untuk anak-anaknya, agar memiliki kesempatan berkomunikasi dengan orang tuanya.

c. Orang tua harus selalu membrikan pendidikan dan motivasi agar anak tidak salah langkah dan tidak malas untuk belajar.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar